, Penulis: Al-Ustadz Luqman Jamal, Lc
1. Ahlus Sunnnah Wal
Jama’ah menasehati kaum muslimin dimanapun mereka berada khususnya di
negeri-negeri kaum muslimin agar mereka mencintai ulama Ahlus Sunnnah Wal
Jama’ah, berwala’ kepadanya, memuliakannya dan menyebutnya dengan kebaikan,
tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain, mentaatinya dan merujuk
kepada mereka khususnya dalam perkara-perkara besar dan nawazil yang berkaitan
dengan maslahat umat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian ".(QS. An-Nisa` :59)
Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (QS. Al-Anbiya` : 7).
Dan Allah memerintahkan dalam firman-Nya :
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita berkaitan dengan keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antara kalian)." (QS. An-Nisa : 83)
Dan Ulamalah yang mengetahui yang haq, menetapkan dan menghukumi dengan haq sebagaimana firman Allah Ta'ala :
وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
" Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalannya Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Saba` : 6)
Dan Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Darda :
إِنَّ الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَأَنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يَوْرِثْ دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang sempurna". (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shohih Abu Daud No. 3096, Shohih At-Tirmidzy 2/59 dan Shohih Ibnu Majah no. 223).
Berkata Ash-Shabuny (Aqidatus Salaf hal.121) : “Salah satu karakteristik Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah kecintaan mereka kepada Imam-imam sunnah, ulama-ulamanya, penolong-penolongnya dan wali-walinya”.
Berkata Ath-Thohawy rahimahullah : “Dan ulama salaf dari yang terdahulu dan yang sesudahnya dari kalangan tabi’in (yang mereka itu adalah) ahli kebaikan dan atsar, ahli fiqh dan nazhar, Tidaklah mereka disebut kecuali dengan kebaikan dan siapa yang menyebut mereka dengan kejelekan maka ia tidak berada diatas jalan (jalan Islam dan sunnah-pent.)”. (Dari Syarah Al-Aqidah Ath-Thohawiyah hal. 740)
Dan siapakah ulama sunnah itu ?
Berkata Imam Ibnu 'Abdil Barr : "Telah sepakat ahli fiqih dan atsar dari seluruh negeri bahwasanya ahlul kalam adalah ahlul bida' dan penyimpangan dan tidak dianggap menurut mereka di seluruh negeri dalam kelompok ulama. Sesungguhnya ulama itu adalah ahlul atsar dan mengambil fiqhi darinya dan mereka bertingkat-tingkat didalamnya sesuai dengan kemahirannya, keahliannya dan pemahamannya". (Lihat : Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi 2/95-96).
Berkata Imam Al-Barbahary : (Syarhus Sunnah hal.102 No.103) : “Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- Sesungguhnya ilmu itu bukanlah karena banyaknya riwayat dan kitab, sesungguhnya 'Alim (ulama) itu adalah siapa yang mengikuti ilmu dan sunnah walaupun sedikit ilmu dan kitabnya dan siapa yang menyelisihi kitab dan sunnah maka dia adalah ahlul bid'ah walaupun banyak ilmu dan kitabnya."
Dan salah satu ciri khas ahlul bid'ah adalah membenci ahlul hadits.
Berkata Ahmad bin Sinan Al-Qoththon : "Tidak ada seorangpun mubtadi' (penganut bid'ah) di dunia kecuali dia pasti membenci ahlul hadits. Dan apabila seseorang berbuat bid'ah maka akan dicabut manisnya hadits dari hatinya." (Lihat : Aqidah Ashhabil Hadits hal. 116, Shaunul Manthiq hal.41 dan Tadzkirutul Huffazh 2/521).
2. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah menyeru kaum muslimin untuk saling mencintai, saling merahmati dan menjalin ukhuwah islamiyah antara mereka.
Seluruh hal tersebut sebagai realisasi dari firman Allah 'Azza wa Jalla :
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang". (QS.Maryam : 96).
Dan firman Allah Jallat 'Azhomatuhu :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
" Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"". (QS. Al-Hasyr : 10)
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara". (QS. Al-Hujarat : 10)
Berbeda dengan selain mereka dari umat-umat kafir dan kelompok-kelompok yang sesat yang Allah telah tetapkan kebencian dan permusuhan diantara mereka sehingga hati mereka bercerai berai walaupun mereka berusaha menampakkan dan meneriakkan slogan persatuan dan kasih sayang, sebagaimana dalam firman Allah Al-'Alim bidzatish Shodur :
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
"Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.". (QS. Al-Hasyr : 14)
3. Termasuk karakteristik Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah yang menonjol adalah kesungguhan dan terus menerusnya mereka dalam menuntut ilmu syari’at (Al-Qur`an dan Sunnah).
Hal tersebut karena banyak dalil dari Al-Qur`an dan Sunnah yang menunjukkan tentang keutamaan ilmu dan anjuran untuk menuntuk ilmu. Seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.". (QS. Al-Mujadilah : 11).
Dan dakwah di jalan Allah harus disertai dengan ilmu, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf : 108).
Sesungguhnya dakwah di jalan Allah adalah kewajiban, maka seorang da'i wajib untuk berilmu tentang apa yang dia dakwahkan.
Kata Syeikh Sholih Al-Fauzan hafizhohullah : Orang jahil tidak pantas untuk menjadi da'i (Lihat : muqaddimah beliau terhadap kitab Manhajul Anbiya` fid Da'wah hal. 20 karya Syaikh Rabi' bin Hady Al-Madkhaly hafizhohullah).
Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah dan lain-lainnya dari Anas bin Malik dan dihasankan dari seluruh jalan-jalannya oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil rahimahumallah).
Dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda :
يَحْمِلُ هَذَا الدِّيْنَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الُمْبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ
"Agama ini akan diemban pada setiap generasi oleh orang-orang yang adil diantara mereka, (yang mereka itu) akan menolak setiap penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, kerusakan orang-orang yang batil dan ta'wilnya orang-orang yang bodoh". (Dishohihkan oleh Imam Ahmad sebagaimana dalam Syaraf Ashabil Hadits hal 29 karya Al-Khatib Al-Baghdady dan dihasankan oleh Salim Al-Hilaly dalam Basho`ir Dzawi Asy-Syaraf hal. 111).
Kata Imam Ibnu Qoyyim : Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam memberitakan bahwasanya ilmu yang dibawanya akan dipikul oleh orang-orang yang adil dari umatnya dari setiap generasi supaya tidak lenyap dan hilang”. (Lihat Miftah Dar As-Sa’adah 1/163)
Berkata Al-Isma'ily (I’tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah hal.54) : “Mereka (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) melihat (wajibnya) mempelajari ilmu (syar'i) dan mencarinya (menuntutnya) dari tempatnya dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu tafsir, mendengarkan sunnah-sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam, menghafalkannya dan mempelajarinya (memahaminya) dan menuntut (mempelajari) atsar-atsar shahabat”.
Kata Imam Al-Barbahary (Syarhus Sunnah hal. 67 no.8) : “Maka lihatlah -semoga Allah memberikan rahmat padamu– semua yang kamu dengar ucapannya dari orang-orang, pada zaman kamu khususnya, maka janganlah tergesa-gesa dan jangan masuk padanya (membenarkan) sedikitpun sebelum kamu bertanya dan melihat apakah telah berbicara tentangnya (apa yang diucapkannya) para shahabat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam atau seorang dari ulama maka jika kamu mendapatkan suatu atsar padanya (yaitu orang yang berbicara dan berfatwa dari shahabat) maka pegang teguhlah dengannya dan jangan kamu melampauinya sedikitpun dan jangan kamu memilih selainnya sedikitpun yang menyebabkan kamu masuk neraka”.
http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Manhaj&article=10
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian ".(QS. An-Nisa` :59)
Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (QS. Al-Anbiya` : 7).
Dan Allah memerintahkan dalam firman-Nya :
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita berkaitan dengan keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antara kalian)." (QS. An-Nisa : 83)
Dan Ulamalah yang mengetahui yang haq, menetapkan dan menghukumi dengan haq sebagaimana firman Allah Ta'ala :
وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
" Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalannya Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Saba` : 6)
Dan Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Darda :
إِنَّ الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَأَنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يَوْرِثْ دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang sempurna". (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shohih Abu Daud No. 3096, Shohih At-Tirmidzy 2/59 dan Shohih Ibnu Majah no. 223).
Berkata Ash-Shabuny (Aqidatus Salaf hal.121) : “Salah satu karakteristik Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah kecintaan mereka kepada Imam-imam sunnah, ulama-ulamanya, penolong-penolongnya dan wali-walinya”.
Berkata Ath-Thohawy rahimahullah : “Dan ulama salaf dari yang terdahulu dan yang sesudahnya dari kalangan tabi’in (yang mereka itu adalah) ahli kebaikan dan atsar, ahli fiqh dan nazhar, Tidaklah mereka disebut kecuali dengan kebaikan dan siapa yang menyebut mereka dengan kejelekan maka ia tidak berada diatas jalan (jalan Islam dan sunnah-pent.)”. (Dari Syarah Al-Aqidah Ath-Thohawiyah hal. 740)
Dan siapakah ulama sunnah itu ?
Berkata Imam Ibnu 'Abdil Barr : "Telah sepakat ahli fiqih dan atsar dari seluruh negeri bahwasanya ahlul kalam adalah ahlul bida' dan penyimpangan dan tidak dianggap menurut mereka di seluruh negeri dalam kelompok ulama. Sesungguhnya ulama itu adalah ahlul atsar dan mengambil fiqhi darinya dan mereka bertingkat-tingkat didalamnya sesuai dengan kemahirannya, keahliannya dan pemahamannya". (Lihat : Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi 2/95-96).
Berkata Imam Al-Barbahary : (Syarhus Sunnah hal.102 No.103) : “Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- Sesungguhnya ilmu itu bukanlah karena banyaknya riwayat dan kitab, sesungguhnya 'Alim (ulama) itu adalah siapa yang mengikuti ilmu dan sunnah walaupun sedikit ilmu dan kitabnya dan siapa yang menyelisihi kitab dan sunnah maka dia adalah ahlul bid'ah walaupun banyak ilmu dan kitabnya."
Dan salah satu ciri khas ahlul bid'ah adalah membenci ahlul hadits.
Berkata Ahmad bin Sinan Al-Qoththon : "Tidak ada seorangpun mubtadi' (penganut bid'ah) di dunia kecuali dia pasti membenci ahlul hadits. Dan apabila seseorang berbuat bid'ah maka akan dicabut manisnya hadits dari hatinya." (Lihat : Aqidah Ashhabil Hadits hal. 116, Shaunul Manthiq hal.41 dan Tadzkirutul Huffazh 2/521).
2. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah menyeru kaum muslimin untuk saling mencintai, saling merahmati dan menjalin ukhuwah islamiyah antara mereka.
Seluruh hal tersebut sebagai realisasi dari firman Allah 'Azza wa Jalla :
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang". (QS.Maryam : 96).
Dan firman Allah Jallat 'Azhomatuhu :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
" Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"". (QS. Al-Hasyr : 10)
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara". (QS. Al-Hujarat : 10)
Berbeda dengan selain mereka dari umat-umat kafir dan kelompok-kelompok yang sesat yang Allah telah tetapkan kebencian dan permusuhan diantara mereka sehingga hati mereka bercerai berai walaupun mereka berusaha menampakkan dan meneriakkan slogan persatuan dan kasih sayang, sebagaimana dalam firman Allah Al-'Alim bidzatish Shodur :
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
"Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.". (QS. Al-Hasyr : 14)
3. Termasuk karakteristik Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah yang menonjol adalah kesungguhan dan terus menerusnya mereka dalam menuntut ilmu syari’at (Al-Qur`an dan Sunnah).
Hal tersebut karena banyak dalil dari Al-Qur`an dan Sunnah yang menunjukkan tentang keutamaan ilmu dan anjuran untuk menuntuk ilmu. Seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.". (QS. Al-Mujadilah : 11).
Dan dakwah di jalan Allah harus disertai dengan ilmu, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf : 108).
Sesungguhnya dakwah di jalan Allah adalah kewajiban, maka seorang da'i wajib untuk berilmu tentang apa yang dia dakwahkan.
Kata Syeikh Sholih Al-Fauzan hafizhohullah : Orang jahil tidak pantas untuk menjadi da'i (Lihat : muqaddimah beliau terhadap kitab Manhajul Anbiya` fid Da'wah hal. 20 karya Syaikh Rabi' bin Hady Al-Madkhaly hafizhohullah).
Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah dan lain-lainnya dari Anas bin Malik dan dihasankan dari seluruh jalan-jalannya oleh Syaikh Al-Albany dan Syaikh Muqbil rahimahumallah).
Dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda :
يَحْمِلُ هَذَا الدِّيْنَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الُمْبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ
"Agama ini akan diemban pada setiap generasi oleh orang-orang yang adil diantara mereka, (yang mereka itu) akan menolak setiap penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, kerusakan orang-orang yang batil dan ta'wilnya orang-orang yang bodoh". (Dishohihkan oleh Imam Ahmad sebagaimana dalam Syaraf Ashabil Hadits hal 29 karya Al-Khatib Al-Baghdady dan dihasankan oleh Salim Al-Hilaly dalam Basho`ir Dzawi Asy-Syaraf hal. 111).
Kata Imam Ibnu Qoyyim : Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam memberitakan bahwasanya ilmu yang dibawanya akan dipikul oleh orang-orang yang adil dari umatnya dari setiap generasi supaya tidak lenyap dan hilang”. (Lihat Miftah Dar As-Sa’adah 1/163)
Berkata Al-Isma'ily (I’tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah hal.54) : “Mereka (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) melihat (wajibnya) mempelajari ilmu (syar'i) dan mencarinya (menuntutnya) dari tempatnya dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu tafsir, mendengarkan sunnah-sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam, menghafalkannya dan mempelajarinya (memahaminya) dan menuntut (mempelajari) atsar-atsar shahabat”.
Kata Imam Al-Barbahary (Syarhus Sunnah hal. 67 no.8) : “Maka lihatlah -semoga Allah memberikan rahmat padamu– semua yang kamu dengar ucapannya dari orang-orang, pada zaman kamu khususnya, maka janganlah tergesa-gesa dan jangan masuk padanya (membenarkan) sedikitpun sebelum kamu bertanya dan melihat apakah telah berbicara tentangnya (apa yang diucapkannya) para shahabat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam atau seorang dari ulama maka jika kamu mendapatkan suatu atsar padanya (yaitu orang yang berbicara dan berfatwa dari shahabat) maka pegang teguhlah dengannya dan jangan kamu melampauinya sedikitpun dan jangan kamu memilih selainnya sedikitpun yang menyebabkan kamu masuk neraka”.
http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Manhaj&article=10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar